Sistem Pengapian Konvensional : Fungsi, Komponen, Cara Kerja

cara kerja sistem pengapian konvensional saat kontak platina membuka(2)

Sistem Pengapian Konvensional – Sistem pengapian konvensional adalah salah satu sistem pada kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin dan berperan untuk membakar kombinasi udara dan bahan bakar waktu piston di akhir langkah kompresi. Pada sistem pengapian konvensional menggunakan platina selaku pemutus dan penyambung aliran listrik pada primer koil agar dihasilkan percikan bunga api.

Dalam arti lain sistem pengapian konvensional satu serangkaian komponen yang dibuat dengan tujuan untuk menghasilkan percikan api pada busi pada periode tertentu.Percikan atau loncatan bunga api akan berlangsung pada ujung elektroda pada busi. Bunga api ini bisa berlangsung jika tegangan yang mengalir tinggi.

Dalam sistem pengapian konvensional ada bermacam komponen yang dapat membuat percikan bunga api. Tiap komponen mempunyai tugas dan fungsi masing masing. Selain fungsi penghasil percikan bunga api, terdapat komponen lain yang berfungsi untuk mengatur timing dan membagi listrik tegangan tinggi ke masing masing silinder sesuai dengan kebutuhan.

Cara kerja sistem pengapian memanfaatkan prinsip induksi elektromagnet. Elektromagnet ini dihasilkan dari rangkaian primer koil yang diputus secara tiba-tiba. Akibatnya ada lonjakan tegangan listrik yang kemudian dirubah menjadi percikan bunga api akibat celah busi yang sekitar 0.8 mm.

Untuk itu maka kita harus memahami mengenai sistem pengapian konvensional. Terdapat berbagai hal yang perlu dipelajari mulai dari pengertian sistem pengapian konvensional, komponen sistem pengapian konvensional, dan cara kerja sistem pengapian konvensional yang akan diulas lebih dalam pada artikel berikut ini.

sistem pengapian konvensional

Pengertian Sistem Pengapian Konvensional

Sistem pengapian konvensional ialah salah satu sistem pada kendaraan bermotor yang memiliki fungsi untuk menaikan tegangan baterei (12 volt) menjadi tegangan tinggi (10k volt) yang selanjutnya diteruskan ke masing masing silinder hingga hasilkan loncatan bunga api pada busi yang diperlukan untuk proses pembakaran.

Dalam proses menaikkan tegangan pada sistem pengapian konvensional memanfaatkan kontak platina atau breaker point. Kontak platina akan memutus dan menghubungkan arus yang mengalir pada kumparan primer koil sehingga dihasilkan induksi elektromagnet. Proses iniah yang akan menaikkan tegangan baterai dan kemudian dialirkan ke busi untuk menghasilkan percikan bunga api.

Komponen Sistem Pengapian Konvensional

1. Baterei

Baterei merupakan salah satu komponen sistem pengapian yang berperan untuk menyiapkan arus listrik voltase rendah (12 volt) untuk ignition coil. Selain itu baterei berperan untuk menyuplai keperluan kelistrikan di saat mesin belum hidup, komponen yang disuplai diantaranya sistem pengisian, klakson, sistem starter dan komponen kelistrikan body lainnya.

2. Ignition coil

Ignition coil atau koil pengapian berperan untuk meningkatkan tegangan baterei yang semula 12 volt menjadi tegangan tinggi yaitu 10 kilo volt atau lebih yang diperlukan untuk pengapian (meloncatkan bunga api pada busi). Koil pengapian terdiri dari 2 kumparan yang masing masing di lilitkan pada inti besi. Kumparan ini bernama kumparan primer dan kumparan sekunder.

Pada kumparan primer berfungsi untuk menerima arus dari baterei, yang selanjutnya akan diputus oleh breaker poin (platina) hingga pada kumparan sekunder berlangsung induksi elektromagnetik dan menghidupkan tegangan sampai 10K volt atau bisa lebih. Lilitan ini akan berubah menjadi magnet ketika dialiri arus listrik.

Baca Juga  Fungsi Oil Strainer: Peran Dan Letak Pada Sistem Pelumasan

Ciri lilitan primer koil dapat dilihat dari kawat tembaga yang berukuran besar (0,5 – 1,0 mm) tetapi mempunyai jumlah gulungan yang sedikit dibanding kumparan sekunder yakni 150 – 300 kali. Sementara itu kumparan sekunder mempunyai kawat tembaga berdiameter yang lebih kecil, tetapi mempunyai jumlah gulungan yang semakin banyak yakni di antara 15.000 – 30.000 gulungan.

3. Distributor

Fungsi distributor adalah untuk membagikan tegangan tinggi yang sudah dibangkitkan oleh ignition coil ke masing-masing silinder sesuai dengan kebutuhan mesin. Distributor terbagi dalam beberapa komponen berikut ini.

a. Cam (nok)

Cam atau nok memiliki fungsi untuk membuka platina pada dengan sudut yang pas untuk tiap silinder. Nok ini tersambung dengan poros distributor yang umumnya dilakukan oleh kutub nok (camshaft).

b. Breaker poin (platina)

Kontak platina atau breaker point memiliki fungsi untuk memutus aliran arus listrik yang mengalir melewati kumparan primer pada koil pengapian agar dapat menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan prinsip induksi elektromagnet.

c. Kondensor

Selain itu pada distributor terdapat komponen yang bernama kondensor yang berfungsi untuk menyerap sebagian listrik tegangan tinggi yang berlangsung pada platina waktu membuka dan meneruskannya kembali pada periode berikutnya.

d. Centrifugal Governor Advancer

Centrifugal Governor Advancer berperan untuk memajukan waktu pengapian sesuai perputaran mesin. Saat pengapian harus disesuaikan dengan putaran mesin. Semakin tinggi putaran mesin maka pengapian perlu dimajukan agar proses pembakaran tepat saat piston berada di titik mati atas. Komponen sistem pengapian ini memanfaatkan gaya sentrivugal dari pemberat.

e. Vacuum Advancer

Selain putaran mesin, beban mesin juga berpengaruh pada proses pengapian. Oleh karena itu pada sistem pengapian konvensional terdapat komponen vacuum advancer yang berbentuk serupa seperti piringan dengan 2 buah selang yang disambungkan ke karburator dan intake manifold. Vakum advancer terpasang pada distributor dan dihubungkan dengan backing plate atau dudukan dari platina. Saat komponen ini aktif maka akan menggeser backing plate yang akan memengaruhi proses buka tutup platina.

f. Rotor

Rotor berfungsi untuk membagikan arus listrik tegangan tinggi yang dibuat oleh ignition coil ke masing-masing busi sesuai dengan firing order.

g. Distributor Cap

Tutup distributor atau distributor cap bermanfaat untuk membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan tinggi untuk tiap-tiap busi. Pada tutup distributor biasanya terdapat angka yang tertulis pada masing masing terminal. Angka ini merupakan firing order atau urutan pengapian.

4. Kabel Tegangan Tinggi (High Tension Cord)

Kabel tegangan tinggi merupakan kabel biasa dengan kawat yang lebih tebal dan berperan untuk menyalurkan arus listrik tegangan tinggi dari ignition coil ke busi.

5. Busi

Busi merupakan komponen sistem pengapian konvensional yang berfungsi untuk hasilkan loncatan bunga api lewat elektrodanya atau keluarkan arus listrik tegangan tinggi jadi loncata bunga api pada elektrodanya.

Baca Juga  Susunan Silinder Pada Engine: 6 Macam Dan Karakteristik

Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional

Sistem pengapian konvensional ialah satu serangkaian komponen yang dibuat untuk menghidupkan percikan api busi pada jeda waktu spesifik. Tapi, percikan api itu cuman dibutuhkan waktu pada saat awal langkah usaha saja. Oleh karena itu sistem pengapian konvensional bekerja sebagai pemutus arus yang akan mengelola waktu busi untuk memercikan api sehingga busi tidak menyala secara terus menerus.

1. Kunci Contact ON, Platina Menutup

Cara kerja pengapian konvensional diawali saat kunci kontak pada posisi ON atau IGN. Ignition relay dan main relay akan aktif sehingga arus listrik akan mengalir dari baterei ke ignition coil. Arus dari relay akan mengalir melalui ballast resistor (R) menuju ke koil pengapian. Pada ignition coil terdapat dua buah kumparan yakni kumparan primer dan sekunder.

Saat kumparan primer koil teraliri arus listrik dari baterai maka akan berubah menjadi elektro magnet. Sementara itu arus dari primer koil juga dialirkan ke arah pemutus arus atau kontak platina. Selain itu aliran arus listrik yang mengalir ke kumparan sekunder koil akan diteruskan ke busi.

Arus listrik yang mengalir ke sistem pengapian masih kecil. Hal ini dikarenakan tidak ada perombakan tegangan pada coil sebab tidak ada gerakan pada serangkaian pemutus arus. Oleh karena itu busi tidak berpijar waktu flywheel belum berputar.

Aliran arus:

Baterai -> Kontak -> Resistor -> Primer Koil -> Platina -> Massa

cara kerja sistem pengapian konvensional saat kontak platina menutup

2. Platina Mulai Membuka

Sistem pengapian akan bekerja pada saat flywheel atau poros engkol diputar oleh sistem starter. Pada sistem pengapian konvensional, ada serangkaian pemutus arus. Komponen pemutus arus ini berhubungan dengan distributor. Sementara itu poros distributor yang tersambung dengan crankshaft mesin. Dengan demikian saat mesin berputar maka komponen ini akan ikut berputar sesuai dengan rpm mesin.

Pada poros distributor terdapat cam atau nok yang jumlahnya sesuai jumlah silinder mesin. Waktu cam berputar maka cam atau nok ini akan menyentuh kaki platina yang menyebabkan breaker point terangkat dan mengakibatkan arus primer terputus.

Waktu platina membuka maka arus listrik yang melewati kumparan primer koil terputus. Akibatnya kemagnetan pada koil menghilang dan timbul induksi pada sekunder koil.

Induksi primer koil mengalir ke kondensor. Sementara itu induksi sekunder koil akan mengalir komponen distributor. Komponen ini akan menyalurkan listrik itu ke semasing busi dengan timing dan FO yang pas. Sistem pengapian konvensional dikatakan sebagai sistem pengapian platina sebab cara kerja platina pada pengapian konvensional sangat penting.

Aliran arus:

Primer koil -> Kondensor

Sekunder koil -> kabel tegangan tinggi -> tutup distributor -> rotor -> tutup distributor -> kabel busi -> busi

cara kerja sistem pengapian konvensional saat kontak platina membuka(2)

Diatas merupakan keterangan mengenai sistem pengapian konvensional, dimulai dari pengertian, komponen, sampai cara kerjanya. Semoga dapat menambah wawasan pengetahuan.

Ayo Cilacap - - - -